"Kuncinya bersyukur, satu itu dik"
Bijak apa yang dikatakan orang tua itu. Seorang penjual jagung bakar di pusat keramaian anak muda di kota Pekalongan.
"Saya bersyukur sekali, orang kecil bisa menyekolahkan anak tamat STM semua"
Begitulah seorang yang mampu mensyukuri apa-apa yang diberikan tuhan kepadanya. Bahagia memang tidak bisa dihitung dengan materi. Bahagia adalah ketika rasa syukur dapat menyelimuti kehidupan ini. Ketika dapat merasakan bahwa yang diberikan tuhan adalah yang terbaik baginya.
Orang tua itu begitu dongkol kepada orang-orang dengan materi berkecukupan, bahkan berlebih-lebih masih menggarong, merampas jatah orang lain. Hanya keringat saja yang mereka berikan.
66 tahun usianya. Saat teman-temannya sudah beralih alam. Entah karena usia itu, atau memang watak, bijak benar yang dia ucapkan.
"Sepertinya baru kemarin dik saya masih muda, sekarang ternyata sudah keriput"
Hujan menjadi suara latar belakang mengiringi obrolan kami. Mungkin bukan obrolan, saat aku mendengar ia bercerita sembari memberikan petuah.
~ Setelah pelantikan pengurus BEM baru perguruan tinggi kami
14 Desember 2013
Sepertinya Baru Kemarin, Sekarang Sudah Keriput
Sepertinya Baru Kemarin, Sekarang Sudah Keriput
Reviewed by goresanpena
on 14 Desember 2013
Rating: 4.5
Label:
My Diary,
sebuah renungan
Mau belanja baju batik murah? Kunjungi BajuBatik.biz.
Tersedia berbagai macam pakaian batik. Batik sarimbit (couple), batik bola, kemeja dan lain-lain. Kunjungi BajuBatik.biz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Isikan komentarmu disini