Halaman

02 Oktober 2011

Renungan Puisi Mustofa Bisri "Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana" (1)

Kau ini bagaimana? 
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya 
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir
Kata orang, kita ini sebagai bangsa Indonesia telah merdeka. Kita telah berdiri sebagai bangsa yang merdeka sejak 17 Agustus 1945, berkat para pahlawan yang berjuang habis-habisan, bangsa ini bisa bebas dari kekangan para penjajah barat dan asia timur.
 Berpuluh-puluh tahun bangsa ini diketahui telah merdeka, namun tanpa disadari bangsa ini sebenarnya masih dalam belenggu jajahan. Jajahan moral, jajahan budaya, jajahan materi, jajahan mental, dan lain sebagainya. Kita sama-sama menyadari kalau nilai budaya bangsa timur telah lenyap entah kemana di penjuru negeri ini, anak-anak muda kita (termasuk saya sendiri), para orang tua, anak kecil banyak yang lebih senang jika menggunakan budaya-budaya yang tidak mempunyai nilai. 
Aku harus bagaimana? 
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai 
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai 
Orang-orang kita begitu senang berteriak-teriak meminta rakyat atau pemerintah untuk bertindak, aktif dalam segala hal. Namun sadarkah, ketika saudara kita sedang berusaha untuk melakukan itu -memerangi korupsi, memerangi terorisme, menanggulangi bencana, dan banyak hal lain-, saudara yang lainnya banyak yang mencurigai dan mempertanyakan apakah mereka sungguh-sungguh dalam melakukan aktifitas itu, saudara lainnya mempertanyakan ketulusan hati mereka. 
Kau ini bagaimana? 
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku 
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin plan 
Prinsip seorang pendidik adalah untuk mendidik dan membantu mengembangkan potensi yang dimiliki anak didiknya. Ketika anak didik belum mampu atas suatu hal, pendidik berupaya bagaimana agak anak didik tersebut mampu misalnya seperti memberikan pendidikan ulang. Ketika seorang pendidik melakukan tugasnya seperti itu, berapa diantara kita (sebagai anak didik dan orang tua) yang dapat menerimanya? Banyak diantara kita yang gembar-gembor "Wah pendidik itu kok susah banget diajak kompromi?", "Wah jadi pendidik kok kaku?", "Jadi pendidik kok gak peduli ama anak didik?", "Pendidik kok gak toleran?".
Perbandingan toleran dengan plin-plan apa ya? Berusahalah untuk menghormati orang lain yang memiliki toleransi tinggi. 
Aku harus bagaimana? 
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selingkung kakiku 
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku 
Kau suruh aku maju menjadi pemimpin, kau suruh aku maju sebagai pembicara, namun mengapa kau tidak senang ketika aku mau maju? mengapa kau jegal aku ketika aku berusaha untuk menurutimu. Bahkan ketika aku sudah maju, kau sendiri yang berusaha mati-matian memintaku untuk mundur.
Siapa sih yang tidak senang jika pengangguran di negeri ini jumlahnya dapat ditekan? Semua pasti senang karena semua bekerja, kehidupan akan sejahtera, tidak ada orang ling-lung bingung mencari pekerjaan, meminimalisir kriminalitas. Tetapi kenyataannya, untuk bekerja di negeri ini sangatlah sukar dan butuh perjuangan tiada habisnya. Mulai ketika akan melamar pekerjaan, kalau tidak karena uang atau kolusi kok rasanya susah sekali bisa bekerja. Saat sudah bekerja, kok banyak yang malah bunuh-membunuh. Untuk yang wiraswasta, kok susah atau ribet sekali birokrasinya. 
 Bersambung ...

3 komentar:

  1. 100% menggambarkan kondisi negeri ini. nice share...

    BalasHapus
  2. Oh.. Mustofa Bisri..
    Hakekat dirimu kau tuangkan dalam puisi
    Semua yang kau debat adalah ajaran Nabi
    Tak ku sangka kau begitu berani
    Ajaran Nabi kau tertawakan hi hi hi

    Oh.. Mustofa Bisri..
    Ketika dulu aku masih kuliah
    Aku selalu datang dimanapun kau ceramah
    Aku selalu menyimak perkataanmu yang penuh petuah
    Aku semakin yakin kau wali penuh karomah

    Oh.. Mustofa Bisri..
    Kini aku terperanjat dan nelangsa
    membaca pusimu berjudul "lalu aku harus bagaimana..??"
    Kini kekagumanku padamu berangsur sirna
    Mustofa Bisri yang dulu dan sekarang sudah berbeda

    Oh.. Mustofa Bisri..
    Seluruh Putra-Putri Nabi meninggal tidak di SELAMATI
    Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
    Membaca puisimu aku sangat ngeri
    Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri

    Ketika Nabi wafat tidak di SELAMATI
    Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
    Membaca puisimu aku sangat ngeri
    Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri

    Tak satupun sahabat yg gugur dan meninggal di SELAMATI
    Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
    Membaca puisimu aku sangat ngeri
    Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri

    Apakah kira-kira Nabi tidak mengerti..??
    Putra-Putrinya meninggal tidak diselamati..??
    Padahal beliau adalah seorang Nabi
    Apa pendapatmu Oh.. Mustofa Bisri..

    Apakah kira-kira Nabi tidak mengerti..??
    Ada amalan mulia yaitu "SELAMAN dan KENDURI"
    Padahal beliau adalah seorang Nabi
    Apa pendapatmu Oh.. Mustofa Bisri..

    Kau debat jenggot dan celana cingkrang..
    Padahal itu Sunnah Nabi yang sangat terang
    Seolah kau anggap kami yang mengarang..
    Ada apa denganmu wahai Budayawan yang sudah malang melintang

    Oh.. Mustofa Bisri..
    Kau dahulu adalah IDOLA ku
    Kini sikap dan tulisanmu membuatku pilu
    Tarik lah semua puisi yang melecehkan Nabi mu dan Nabi ku
    Semoga Alloh memberi hidayah padamu..

    ==dibuat oleh Dua Sahabat==
    pengagum Gus Mus yang dulu
    bukan gus mus yang sekarang

    BalasHapus

Isikan komentarmu disini

Mau belanja baju batik murah? Kunjungi BajuBatik.biz.
Tersedia berbagai macam pakaian batik. Batik sarimbit (couple), batik bola, kemeja dan lain-lain. Kunjungi BajuBatik.biz.