Sumber Gambar : Wikipedia Indonesia |
Saat itu, bisa dibilang transportasi massal paling murah dan nyaman di kota Lumpia adalah BRT Trans Semarang. Oh ya satu lagi, para kondektur dan karyawannya juga ramah-ramah.
Everything has changed.
2014. 27 Agustus saya pulang dari Kampung Inggris Pare, Kediri, saya sengaja mampir ke Semarang. Ingin merasakan lagi moda transportasi favorit saya, BRT Trans Semarang.
Saya mulai perjalanan saya dari Simpang Lima Semarang, dengan tujuan Terminal Mangkang Semarang. Di halte BRT Simpang Lima, suatu hal yang berbeda sudah saya temui, kasir BRT duduk di tangga (tidak di meja yang disediakan), sehingga saya sempat tidak menyadari ada kasir di halte tersebut. It's fine, selanjutnya seperti biasa, saya menunggu bus dengan duduk di kursi halte.
Disini juga saya merasakan hal lain, halte seperti kurang perawatan. Saat saya duduk, terdengar suara kreekkk (sepertinya agak somplak).
Saat bus sudah tiba, satu hal lagi yang saya lihat berbeda dengan dulu. Tidak ada lagi jembatan pintu yang menghubungkan pintu bus dengan pintu halte, sehingga menghasilkan lubang yang cukup membahayakan bagi anak-anak, lansia atau wanita hamil (setidaknya, menurut saya). Selain itu, kondisi bus juga sepertinya kurang perawatan. Bodi bus sudah tidak enak dipandang mata.
Terakhir, sebelum sampai Teminal Mangkang (tujuan akhir), terlihat ada bus dengan trayek Weleri-Semarang (mangkang) telah menunggu. Awak BRT menurunkan penumpang yang mempunyai tujuan weleri di tempat itu, tidak di halte, dan menerima sedikit uang dari awak bus yang menunggu. Disini, saya melihat ketidak-fair-an.
Namun diluar perubahan-perubahan diatas, saya masih menganggap transportasi massal paling nyaman dan murah di kota Lumpia adalah Bus BRT Trans Semarang. Apalagi setelah ada koridor-koridor yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Isikan komentarmu disini